Powered By Blogger

Selasa, 01 Desember 2009

Apa dan Siapa sewh Mahasiswa itu ???

Berikut ini adalah hasil wawancara kami tentang pengertian Mahasiswa dengan salah satu dosen ISID yaitu Ust. Asif Trisnani ,Lc.

1. Menurut ustadz apa definisi mahasiswa itu?
Kata mahasiswa itu digunakan untuk merujuk kepada siswa di jenjang perguruan tinggi. Tetapi sebenarnya kata itu menyiratkan makna yang lebih dalam. Sama dengan kata "mahaguru". Mahaguru itu bukan guru biasa, atau guru yang biasa-biasa saja, tatapi ia adalah guru yang mempunyai kemampuan luar biasa. Di perguruan tinggi mahaguru berarti guru besar atau profesor. Demikian pula mahasiswa. Ia berarti siswa yang maha. Apanya yang maha? Yang maha itu ya belajarnya maha, membacanya maha, mengkajinya maha, menelitinya maha, menulisnya maha, diskusinya maha, kontemplasinya maha… Ini dari sisi keilmuan. Dari sisi keruhaniaannya, ibadah wajibnya maha, ibadah sunnahnya maha, zikir wiridnya maha, membaca al-Qur'annya maha, dst. Demikian pula dari sisi moral, akhlaq dan sopan santun serta etika mahasiswa itu harus lebih baik daripada siswa.

2. Kalau kita melihat peran mahasiswa, akan terlihat banyak sekali. Di antaranya ada yang bilang mahasiswa itu adalah agent of change. Bagaimana menurut ustadz?
Ya, mahasiswa itu punya peran sebagai agen perubahan. Di perguruan tinggi, kesadaran dan tanggungjawab mahasiswa terhadap realitas kehidupan dan lingkungannya dibangun. Kesadaran dan tanggungjawab ini yang mendorong mahasiswa untuk melakukan perubahan di lingkungannya, baik itu sosial, politik, hukum, ekonomi, dll. Tetapi perlu digaris bawahi bahwa perubahan itu haruslah mengacu kepada upaya mewujudkan kehidupan yang lebih bermutu dan bermakna. Jadi, bukan sekadar perubahan. Lebih penting lagi ialah bahwa perubahan itu mustahil diwujudkan melainkan mahasiswa itu telah mengubah dirinya sendiri.

3. Dalam pandangan ustadz, apakah mahasiswa ISID sudah dapat memaknai peran sebagai agent of change?
Jawaban saya positif. Secara riil peran sebagai agent of change ini telah dimainkan dengan baik oleh mahasiswa ISID. Bagi mahasiswa guru, peran ini telah secara langsung dijalankan. Mereka memainkan peran secara bersamaan, menjadi mahasiswa dan menjadi guru sekaligus. Fungsi kedua ini adalah perwujudan penting sebagai agen perubahan. Sementara itu, untuk mahasiswa di Kampus Siman, peran ini telah dimainkan dalam tataran tertentu, karena memang prioritasnya berbeda. Diharapkan di Kampus Siman dapat diciptakan suatu internal change dalam diri dan komunitas mahasiswa secara lebih intensif. Ini akan menjadi kapital penting dan menentukan ketika mereka memainkan peran perubahan. Pandangan ini sejalan dengan semangat dari firman Allah SWT: Ta'ifah liyatafaqqahu fi al-din wa li yundziru qaumahum idza raja'u ilaihim…

4. Menurut ustadz apakah ada perbedaan tipologi mahasiswa ISID pada zaman antum dengan mahasiswa ISID era sekarang?
Secara garis besar tipologi mahasiswa itu ada tiga. Pertama, tipe intelektual, yaitu mahasiswa yang sepenuhnya aktif dalam dunia keilmuan tetapi tidak aktif dalam organisasi intra maupun ekstra kampus dan tidak pula aktif dalam olahraga dan maupun kesenian. Kedua, tipe mahasiswa aktivis yang menghabiskan waktunya untuk mengurus kegiatan organisasi dan kegiatan ekstra lainnya tetapi kurang perhatian terhadap aktivitas keilmuan akademik. Ketiga adalah tipe mahasiswa intelektual aktivis, yaitu yang mempunyai komitmen terhadap bidang keilmuan tetapi juga aktif berorganisasi dan berkegiatan lain yang produktif. Kalau ada mahasiswa yang tidak masuk ke dalam salah satu dari ketiga tipologi ini dengan berbagai variasinya, maka dia gak pantes jadi mahasiswa. Tetapi malangnya, selalu saja ada atau bahkan kadang banyak yang seperti ini. Mahasiswa seperti itu ya la ila ha'ula' wa la ila ha'ula'. Nah, perbedaan mahasiswa zaman saya dengan zaman sekarang barangkali hanya terletak pada kecenderungan kepada tipologi mana yang lebih banyak.

5. Pada setiap era, tantangan yang dihadapi mahasiswa itu berbeda-beda. Apa tantangan mahasiswa di era antum?
Pada zaman saya ISID belum tertata seperti sekarang, sistem perkuliahan belum cukup baik. Tentu saja ini berpengaruh kepada kinerja akademik mahasiswa. Ini yang pertama. Kedua, masa studi di ISID waktu itu kurang memperoleh perhatian, sehingga tidak sedikit mahasiswa yang menghabiskan program S1 di atas 6 tahun. Ketiga, pengaturan kurikulum tiap fakultas belum sepenuhnya tertata, sehingga banyak overlap antara satu fakultas dengan lainnya. Tantangan berikutnya adalah kebijakan pemerintah melaui DEPAG RI yang merugikan mahasiswa baru di ISID yang ketika tamat KMI belum mempunyai ijazah setingkat Madrasah Aliyah. Tahun-tahun sebelumnya saya masuk ISID, saat itu ada ujian CD (Colloqium Dictum), semacam ujian persamaan dengan ijazah Aliyah. Pada tahun saya masuk ISID (1987), ujian ini dihapuskan, sehingga mahasiswa yang belum punya ijazah Aliyah tidak bisa mengikuti ujian negara, dan ijazahnya tidak akui pemerintah.

6. Sekarang kan era globalisasi dan ini punya pengaruh tersendiri bagi kehidupan mahasiswa. Munurut ustadz, apa yang harus dilakukan mahasiswsa sekarang untuk menghadapi tantangan tersebut?
Globalisasi itu agenda Barat untuk menghegemoni dunia dengan memBaratkan seluruh pola hidup manusia, baik pikirannya, sikapnya, perilakunya, maupun keyakinannya. Jika ini tercapai maka Barat akan dapat mewujudkan ambisinya menjadi penguasa tunggal dunia. Nah di sini mahasiswa mempunyai peran strategis untuk menghadapi tantangan ini. Mahasiswa harus menjadi garda terdepan bangsa dalam menghadapi tantangan ini. Itu dapat dilakukan dengan membangun budaya yang kuat untuk melawan serangan budaya Barat. Budaya yang kuat itu diwujudkan dengan memperkuat budaya ilmu dan amal, memperkuat moral, dan memperkuat keyakinan dan komitmen keagamaan.
Salah satu contoh tantangan yang dihadirkan oleh Barat adalah di bidang pemikiran. Dalam bidang ini, Barat telah menghegemoni model-model kajian pemikiran Islam melalui framework, metodologi, dan metode-metode kajian yang telah mereka rancang sedemikian rupa untuk merusak pemahaman Islam yang benar. Malangnya, hal ini telah berhasil memasuki lembaga-lembaga yang selama ini menjadi pusat-pusat studi Islam di tingkat tinggi di Indonesia. Dampaknya yang kita rasakan saat ini adalah lahirnya sarjana-sarjana studi Islam dan karya-karya mengenai Islam dari pusat-pusat studi tersebut yang menyeleweng dan menyesatkan.
Tantangan ini harus kita hadapi dengan memperkuat keyakinan dan komitmen keislaman kita serta mengukuhkan bangunan dan tradisi keilmuan kita. Untuk yang terakhir ini kita lakukan dengan cara mengkaji secara mendalam khazanah keilmuan dan keruhanian Islam yang kita miliki dan kemudian mengembangkannya konsisten dan kontinyu untuk menjawab berbagai tantangan dan problem kontemporer. Di samping itu kita juga harus mengkaji secara kritis tradisi pemikiran Barat, minimal seperti orang-orang Barat mengkaji dan memperlakukan tradisi pemikiran kita. Ini memang sebuah tugas berat dan butuh waktu lama, tetapi dari sekarang kita sudah harus mulai melakukan investasi-investasi penting untuk mewujudkannya.

7. Untuk yang terakhir, apa pesan ustadz untuk mahasiswa baru ISID?
Belajar di perguruan tinggi itu harus didasarkan pada kesadaran dan tanggungjawab. Kesadaran dan tanggungjawab untuk meningkatkan kecerdasan diri baik intelektual, moral, emosional, sosial, maupun spiritual. Masa-masa menjadi mahasiswa adalah masa yang sangat potensial dan produktif untuk berkarya dan berkreatifitas. Selamat belajar dan berjuang di kampus calon pemimpin bangsa.

Mantingan , 10 november 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar